Friday 20 May 2022

WHOLE LANGUAGE TINGKATKAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

 WHOLE LANGUAGE TINGKATKAN  PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

oleh:

MUSTOFA,S.Pd.SD

SDN 1 PETUGURAN KECAMATAN PUNGGELAN

KABUPATEN BANJARNEGARA


        Pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses interaksi dan juga merupakan suatu sistem yang mempunyai komponen-komponen yang saling bekerjasama dan terpadu dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran, dan salah satu komponen yang penting adalah sumber belajar. Sumber-sumber belajar ini tak hanya bisa berasal dari buku-buku paket tetapi juga bisa berasal dari lingkungan alam sekitar siswa bersekolah.

        Pembelajaran akan lebih bermakna apabila didukung oleh berbagai komponen pembelajaran dan disajikan secara menarik agar dapat membangkitkan motivasi dan kosentrasi siswa selama mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini sangat perlu diperhatikan oleh guru karena seorang guru tidak hanya dituntut dapat menyelesaikan pembelajaran dan menciptakan hasil belajar tetapi guru juga harus dapat mengukur sejauh mana kemampuan dirinya dalam mengatasi dan memperbaiki kesulitan-kesulitan yang muncul dalam diri siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

        Kita semua menyadari bahwa bahasa itu penting dalam kehidupan. Dengan bahasa, kita dapat menyampikan keinginan, pendapat, dan perasaan kita. Dengan bahasa pula kita dapat memahami dan mengetahui apa yang terjadi di dunia dan lingkungan sekitar kita. Bahasa bukanlah suatu bakat yang dimiliki oleh sebagian orang saja, tetapi setiap orang memiliki kemampuan berbahasa. Whole language adalah satu pendekatan pengajaran bahasa yang menyajikan pengajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah-pisah ( Edelsky, 1991; Froese, 1990; Goodman,1986; Weaver 1992 ). Para ahli whole language berkeyakinan bahwa bahasa merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Oleh karena itu pengajaran ketrampilan berbahasa dan komponen bahasa seperti tata bahasa dan kosakata disajikan secara utuh bermakna dan dalam situasi nyata atau otentik.

        Pendekatan whole language didasari oleh paham constructivism yang menyatakan bahwa siswa membentuk sendiri pengetahuanya melalui peran aktifnya dalam belajar secara utuh dan terpadu. Anak termotivasi untuk belajar jika mereka melihat bahwa yang dipelajarinya itu diperlukan oleh mereka. Guru berkewajiban untuk menyediakan lingkungan yang menunjang untuk siswa agar mereka dapat belajar dengan baik.

        Menurut Routman (1991) dan Froese (1991 ) ada delapan komponen whole language yaitu reading aloud, journal writing, sustained silent reading, shared reading, guided reading, guided writing, independent reading, dan independent writing. Kelas yang menerapkan whole language merupakan kelas yang kaya dengan barang cetak, seperti buku, majalah, Koran, dan buku petunjuk. Di samping itu kelas whole language dibagi-bagi dalam sudut-sudut yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan secara individu di sudut-sudut tersebut. Kelas whole language menerapkan penilaian portofolio dan penilaian informal melalui pengamatan selama pembelajaran berlangsung.

No comments:

Post a Comment