Monday 9 May 2022

ARTIKEL Peran Guru Dalam Pendidikan Karakter Anak

 Peran Guru Dalam Pendidikan Karakter Anak

Oleh

MUSTOFA,S.Pd.SD

SD NEGERI 1 PETUGURAN

KECAMATAN PUNGGELAN KABUPATEN BANJARNEGARA

        Sebagai mana pengertian dari masyarakat kita bahwa anak merupakan aset atau generasi penerus bangsa yang akan menentukana maju mundurnya suatu bangsa itu sendiri . Oleh karena itu anak yang akan menjadi penerus bangsa ini harus di didik menjadi seorang individu yang tidak hanya tumbuh dan berkembang dalam ilmu pengetahuannya saja tetapi juga karakter dari anak , agar menjdai pribadi yang lebih baik untuk meneruskan bangsa ini.

        Tanpa di sadari budaya telah mengalami pergeseran (akulturasi). Semula batas budaya barat dan timur terlihat jelas, namun sekarang ini yang terjadi budaya luar secara permisif berbaur dengan budaya lokal.  Kondisi yang demikian menjadi berbahaya takala budaya buruk dari luar ditelan mentah-mentah oleh  anak-anak dalam sebuah keluarga. Seperti budaya kekerasan, minum minuman keras, penyalahgunaan narkoba atau seks bebas. Disinilah peran orang tua ditantang untuk mampu mengembalikan karakter anak dalam kapasitas agar anak dapat tumbuh dan berkembang sebaik-baiknya. Masa kanak – kanak dimana anak sudah masuk ke sekolah dasar dan bertemu dengan teman – temannya. Di masa ini anak akan belajar bagaimana cara pergaulan dengan temannnya dan bersosialisasi dengan teman sebaya dan orang sekitarnya . Masa remaja ,sering disebut juga dengan masa labil dari anak karena di masa ini anak dalam berbagai hal sedang mencari jati diri atau masih dalam taraf pemikiran yang labil atau mudah terpengaruh oleh orang lain atau pergaulan yang dia jalani.

        Membangun karakter anak, yang tidak lain adalah mendidik kejiwaan anak, tidak semudah dan sesederhana menanam bibit. Anak adalah aset keluarga, yang sekaligus aset bangsa. Membesarkan fisik anak, masih dapat dikatakan jauh lebih mudah dengan mendidik jiwa karena pertumbuhanya dapat dengan langsung diamati, sedangkan perkembangan jiwa hanya diamati melalui pantulannya.

        Menurut Loree ( 1970:86 ) dengan menyitir pendapat English & English ( 1985 ) menjelaskan lebih lanjut bahwa sosialisasi itu merupakan suatu proses di mana individu ( terutama anak ) melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan ( kelompoknnya ) belajar bergaul dengan dan bertingkah laku di dalam lingkungan sosial-kulturalnya.  Pembentukan karakter dalam diri anak    diberikan pengetahuan yang baik – baik dari seorang guru . Mulai dari cara ia harus bersikap , perbuatan yang baik itu seperti apa , kemudian cara berbicara dengan orang lain , saling menghargai dan menghormati dan lain sebagainya . kemudian untuk mencintai hal – hal yang baik , anak diajarkan untuk menyukai perbuatan – perbuatan yang menurut ia baik serta berguna dan bermanfaan untuk dia , menjadikan anak untuk selalu menyukai hal - hal yang baik , untuk memaafkan jika ada teman yang salah , untuk mudah meminta maaf jika berbuat salah atau dimulai untuk mengucapkan salam ketika masuk atau keluar rumah . Kemudian. Mengajarakan kepada anak untuk selalu santun dalam perbuatan dan perkataan serta selalu sopan dalam melakukan berbagai hal , serta di tunjukkan apa saja yang baik dilakukan untuk diri sendiri dan juga untuk orang lain sehingga tidak merugikan dirinya dan orang lain.

        Keluarga adalah lingkungan yang pertama dan utama dikenal oleh anak, jadi dalam lingkungan keluargalah watak dan kepribadian anak akan dibentuk yang sekaligus akan mempengaruhi perkembangannya di masa depan. Di mata anak, orang tua (ayah ibu) adalah figur atau contoh yang akan selalu ditiru oleh anak-anaknya. Oleh sebab itu, ayah ibu harus mampu memberi contoh yang baik pada anak-anaknya, memberi pengasuhan yang benar serta mencukupi kebutuhan-kebutuhannya dalam batasan yang wajar.


No comments:

Post a Comment