Saturday 19 March 2022

CONTOH MAKALAH TEMA MENINGKATKAN OPTIMALISASI KINERJA KEPALA SEKOLAH JUDUL PENINGKATAN TUNJANGAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA KEPALA SEKOLAH

 

TEMA

MENINGKATKAN OPTIMALISASI KINERJA KEPALA SEKOLAH

 

JUDUL

PENINGKATAN TUNJANGAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA KEPALA SEKOLAH

  

Makalah

 Disusun oleh

IMAM PURWANTO, S.Pd.

 Sebagai bagian dari materi ujian Kepala Sekolah

PEMERINTAH KABUPATEN BANJARNEGARA

Tahun 2019

 

BAB I

 PENDAHULUAN

 

1.      Latar Belakang

Akhir-akhir ini terjadi fenomena memprihatinkan dalam dunia pendidikan. Satu diantara fenomena yang dimaksud adalah rendahnya minat guru untuk menjadi kepala sekolah.

Kepala Sekolah merupakan jabatan karier yang semula cukup prestisius. Kepala sekolah dapat menjadi sarana meningkatkan pengabdian yang lebih bermanfaat dan bermakna. Pada kalangan tertentu dapat meningkatkan status sosial  guru. Sekarang jabatan Kepala Sekolah memasuki masa-masa yang kurang diminati bahkan dapat dikatakan tidak menarik bagi sebagian guru.

 

2.      Permasalahan ( Rumusan Masalah )

1.      Apakah penyebab rendahnya minat guru menjadi Kepala Sekolah

2.      Bagaimana upaya meningkatkan kinerja Kepala Sekolah.

 

3.      Tujuan

1.      Ditemukan solusi terbaik mengatasi rendahnya minat guru menjadi Kepala Sekolah

2.      Meningkatnya minat guru menjadi Kepala Sekolah

  

BAB II

 MENINGKATKAN TUNJANGAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI UPAYA MENGOPTIMALISASI KINERJA KEPALA SEKOLAH

 Menurunnya Minat Guru Menjadi Kepala Sekolah

 Pada masa lalu hampir semua guru menginginkan jabatan Kepala Sekolah.

Sebuah jabatan karier yang cukup menarik. Meskipun waktu itu tidak dilaksanakan seleksi ketat secara terbuka tetapi guru-guru yang terpilh menjadi Kepala Sekolah secara umum memang guru yang dapat diklasifikasikan guru terbaik pada zamannya.

 Seiring dengan perubahan zaman yang sangat cepat sampai merambah ke dunia pendidikan dan sikap mental para guru. Jenjang karier guru menjadi  Kepala Sekolah semestinya semakin menarik dan diminati guru-guru saat ini. Namun  menjadi sangat ironis yaitu ketika sebagian besar guru tidak menginginkan jabatan  Kepala Sekolah bahkan memiliki kecenderungan menghindari dan takut.

            Fenomena demikian terjadi karena beberapa unsur, diantaranya :

1.      Tugas administrasi yang sangat banyak.

2.      Penerapan sistem Habis Masa Tugas ( HMT) untuk  Jabatan Kepala Sekolah.

3.      Rendahnya tunjangan Tunjangan Kepala Sekolah.

 

Ketiga  unsur tersebut terkait sehingga satu unsur mempengaruhi unsur yang lain.

 1.      Tugas Administrasi yang Sangat Banyak

Saat ini beban administrasi Kepala Sekolah yang harus dikerjakan sebagaimana salah satu tugas pokok profesinya sebagai administrator sejumlah 119 macam. Administrasi tersebut dalam pengerjaannya tidak dilaksanakan semua setiap hari. Artinya ada yang pengerjaanya seminggu sekali, sebulan, triwulan bahkan semester, namun demikian tugas ini menjadi sangat berat.

Permasalahan berikutnya adalah terjadinya dualisme pengaturan sistem administrasi yang  sering tidak sinkron antara Badan Nasional Standar Pendidikan Nasional ( BNSP ) dengan Pusat Kurikulum  ( PUSKUR ), menyangkut nomenklatur, format, pengkodean dan penomoran. Sehingga satu jenis ( administrasi yang sama ) terjadi kode dan nomor yang berbeda penggunaannya ketika digunakan untuk Penilaian Kinerja Kepala Sekolah ( PKKS ) dan untuk Akreditasi.

Tidak hanya itu. Banyaknya komponen ganda dalam satu jenis administrasi semakin membingungkan, menyulitkan dan memperberat tugas administrasi Kepala Sekolah. Satu jenis administrasi harus terdapat pada dua atau tiga tempat berbeda dengan fungsi yang sama, dimaknai sebagian dari guru seolah-olah hanya sebuah cara untuk mengurangi minat guru menjadi Kepala Sekolah.

 

2.      Penerapan sistem Habis Masa Tugas ( HMT) untuk  Jabatan Kepala Sekolah

Kepala Sekolah Khususnya Kepala SD yang mayoritas hidup di pedasaan dengan segala kesederhaannya, dengan pengabdian yang ada di hatinya tidaklah siap secara moral  dengan penerapan sistem Habis Masa Tugas ( HMT ).

Ada beberapa faktor  penyebab ketidaksiapan sistem HMT diantaranya tersebut di bawah ini :

1)      Faktor Finansial

Secara finansial menjadi  Kepala SD, tidaklah menambah material secara signifikan. Apalagi jika didasarkan dari penghitungan ekonomis tunjangan Tambahan Kepala SD hanyalah Rp 125.000. Jumlah yang sangat tidak sebanding dengan tugas administrasi.

 

2)      Faktor Sosial

Secara sosial, masyarakat menganggap Kepala Sekolah kemudian kembali menjadi guru, sebagai bagian dari pelanggaran aturan sehingga jabatan Kepala Sekolah tersebut dicabut sebagai hukuman. Masyarakat kita banyak yang belum memahami peraturan HMT tersebut.

                                   

3)      Faktor Pengabdian

Menjadi Kepala SD lebih didasarkan pada pengabdian dibandingkan tendensi finansial dan material. Oleh karena itu sistem HMT menjadi salah satu penyebab rendahnya minat guru menjadi Kepala Sekolah.

 

3.      Rendahnya Tunjangan Kepala Sekolah

Selain kedua faktor tersebut di atas, rendahnya tunjangan Kepala Sekolah yang tidak sebanding dengan Tugas Pokok Profesinya

( TUPOKSI ) menjadi salah satu faktor menurunnya minat guru menjadi Kepala Sekolah.

 

 

  1. Peningkatan Tunjangan sebagai Upaya Peningkatan Kinerja Kepala Sekolah

 Untuk mengatasi rendahnya minat guru menjadi Kepala Sekolah dan meningkatkan kinerja Kepala Sekolah dapat dilaksanakan dengan beberapa alternatif.

1.      Pengurangan beban adminstrasi

2.      Peninjauan ulang sistem HMT

3.      Peningkatan tunjangan Kepala Sekolah

 

Dari ketiga alternatif tersebut, peningkatan tunjangan Kepala Sekolah  menurut saya, menjadi alternatif terbaik.

Betapapun bicara tunjangan adalah bicara uang dan pada ujungnya adalah kemampuan anggaran namun bukan tidak mungkin ini yang dilakukan oleh pemerintah. Terlebih dengan anggaran pendidikan sudah mencapai 20% dari APBN. Semestinyalah pemerintah secara serius meningkatkan tunjangan Kepala Sekolah demi peningkatan secara optimal Kinerjanya.

Besarnya tambahan tunjangan tentu tidaklah sebesar gaji pokok. Hal ini karena sebagian sudah menerima tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok, tetapi yang penting dapat sebanding lurus anatara tugas pokoknya sebagai kepala dengan kesejahteraan finansial berupa tunjangannya. 

Keraguan bahwa tunjangan sudah dinaikan kinerja belum tentu meningkat singkirkan dulu jauh-jauh, karena apabila ini terjadi pemerintah dapat menekan dengan aturan-aturan ketat agar kinerja Kepala Sekolah dapat meningkat.

     

BAB III

 PENUTUP

 

 Kesimpulan

Rendahnya minat guru menjadi Kepala Sekolah, disebabkan  tiga unsur :

1.      Tugas administrasi yang sangat berat

2.      Sistem HMT

3.      Rendahnya Tunjangan Kepala Sekolah

Untuk meningkatkan minat guru menjadi Kepala Sekolah dan meningkatkan kinerjanya terdapat tiga alternatif :

1.    Pengurangan beban adminstrasi

2.    Peninjauan ulang sistem HMT

 3.  Peningkatan tunjangan Kepala Sekolah

 

Dari ketiga alternatif,  peningkatan tunjangan Kepala Sekolah merupakan alternatif terbaik.

 

B.     Saran

Sebaiknya pemerintah melakukan peninjauan ulang terhadapap kebijakan yang tidak populis demi peningkatan kualitas pendidikan.

Salah satunya adalah pemberlakuan HMT.

 

 

 

No comments:

Post a Comment